Kamis, 18 Oktober 2012

PLN aku, PLN kamu, PLN kita...

Pagi ini sebelum berangkat kuliah, mataku sempat melirik ke kalender yang tergantung di dinding ruang tamu, ada sebuah kalimat yang terbaca disitu “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik” membuat saya terdiam sejenak, mengangguk lalu tersenyum. Hehe

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik? Benarkah? Ya tentu saja, listrik adalah kebutuhan primer untuk saat ini. Hidupku hampa tanpa listrik, ya begitulah. Ingat listrik pasti ingat PLN, jadi ingat sehari lalu listrik dirumah tiba-tiba padam dan arrrgghhhhhhhhh mati lampu lagi mati lampu lagi, gimana sih PLN! Huh! Hahaha
 
Saya ini tinggal di daerah yang jarang terjadi pemadaman listrik, pasokan listrik oke, ya pokoknya harus bersyukurlah dibandingkan saudara-saudara yang lain yang wilayahnya belum terjangkau listrik. Itulah sebabnya setiap ada pemadaman dan saya mulai menggerutu, bapak saya selalu ngomel-ngomel “kamu 17-22 (bijak pakai listrik dari jam 5 sore sampai 10 malam) aja engga pernah dijalanin, giliran mati lampu marah-marah”. Ups, dibandingkan terus menyalahkan PLN lebih baik kita instrospeksi cara kita menggunakan energi listrik.

Saya tidak pernah mengerti sebelumnya sampai akhirnya bapak saya pernah menjelaskan bahwa pemadaman listrik itu sebabnya bisa karena banyak hal, kadang memang karena ada gangguan di peralatan tempur PLN, tapi bisa juga karena jumlah beban konsumen yang berlebihan. Disiplin menggunakan listrik itu harus dimulai dari lingkungan keluarga terlebih dahulu, baru selanjutnya diterapkan pada lingkungan yang lebih luas.

Itu sedikit membuat saya berfikir, kalau kita memang sudah sadar akan kebutuhan energi yang semakin berkurang lalu kenapa pola konsumtif kita terhadap energi listrik tidak pernah berubah. Pernah saya tanya ibu-ibu disekitar lingkungan rumah tentang masalah pemadaman bergilir, jawabnya mereka “Lha itu mah emang PLN aja yang suka gitu, kita udah bayar mahal masih aja listrik dimatiin.” Hehehe saya cuma tersenyum kecut, generasi seperti apa yang akan lahir dimasa datang kalau pola pendidikannya saja seperti ini. Coba bayangkan, kalau ada anak yang tanya “kenapa nih mati lampu mulu Bu?” lalu dijawab seperti tadi, duhh anak itu bahkan tidak mendapat jawaban sama sekali.
 
Kenapa bisa begini? Tentu karena kurangnya informasi dan edukasi yang didapat. Inilah harapan saya untuk PLN, semoga PLN bisa lebih komunikatif terhadap konsumen-konsumennya. Ayo beri penyuluhan ke desa-desa atau sebentar main ke sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai universitas. Sebarkan info sebanyak-banyaknya tentang masalah energi ini, lewat media sosial seperti twitter maupun facebook. Lewat account @pln_123 bisa menjaring minat generasi muda untuk lebih aware terhadap persoalan ini.

Saya ini orangnya senang berkhayal, kalaupun bisa pengin ya suatu saat PLN ini punya semacam museum sendiri. Didalamnya dijelaskan proses  bagaimana listrik itu akhirnya bisa sampai kerumah dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, lalu sumber daya apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik, bagaimana perkembangan kelistrikan nasional dari tahun ke tahun, serta tantangan-tantangan yang dihadapi oleh PLN dan solusi PLN menghadapi tantangan tersebut. Semua dijelaskan di museum itu dengan diorama-diorama yang menarik pengunjung. Di museum itu juga disediakan aula yang bisa digunakan untuk berdiskusi tiap akhir pekan, hehehe. Sehingga pengunjung mengerti persoalan yang dihadapi PLN, lalu betapa pentingnya listrik untuk kehidupan, serta harus disiplin dalam pemanfaatannya agar tercipta generasi hemat listrik dikemudian hari.

Harapan saya juga semoga tercipta PLN aku, PLN kamu, PLN kita semua. Maksudnya PLN itu ya punya aku, punya kamu, punya kita semua. Ayo bantu PLN menerangi bangsa! Jadi generasi yang disiplin menggunakan listrik. ^^v