Pagi ini sebelum berangkat kuliah, mataku sempat melirik ke
kalender yang tergantung di dinding ruang tamu, ada sebuah kalimat yang terbaca
disitu “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik” membuat saya terdiam sejenak,
mengangguk lalu tersenyum. Hehe
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik? Benarkah? Ya tentu
saja, listrik adalah kebutuhan primer untuk saat ini. Hidupku hampa tanpa
listrik, ya begitulah. Ingat listrik pasti ingat PLN, jadi ingat sehari lalu
listrik dirumah tiba-tiba padam dan arrrgghhhhhhhhh mati lampu lagi mati lampu
lagi, gimana sih PLN! Huh! Hahaha
Saya ini tinggal di daerah yang jarang terjadi pemadaman
listrik, pasokan listrik oke, ya pokoknya harus bersyukurlah dibandingkan
saudara-saudara yang lain yang wilayahnya belum terjangkau listrik. Itulah
sebabnya setiap ada pemadaman dan saya mulai menggerutu, bapak saya selalu
ngomel-ngomel “kamu 17-22 (bijak pakai listrik dari jam 5 sore sampai 10 malam)
aja engga pernah dijalanin, giliran mati lampu marah-marah”. Ups, dibandingkan
terus menyalahkan PLN lebih baik kita instrospeksi cara kita menggunakan energi
listrik.
Saya tidak pernah mengerti sebelumnya sampai akhirnya bapak
saya pernah menjelaskan bahwa pemadaman listrik itu sebabnya bisa karena banyak
hal, kadang memang karena ada gangguan di peralatan tempur PLN, tapi bisa juga
karena jumlah beban konsumen yang berlebihan. Disiplin menggunakan listrik itu
harus dimulai dari lingkungan keluarga terlebih dahulu, baru selanjutnya
diterapkan pada lingkungan yang lebih luas.
Itu sedikit membuat saya berfikir, kalau kita memang sudah
sadar akan kebutuhan energi yang semakin berkurang lalu kenapa pola konsumtif
kita terhadap energi listrik tidak pernah berubah. Pernah saya tanya ibu-ibu
disekitar lingkungan rumah tentang masalah pemadaman bergilir, jawabnya mereka “Lha
itu mah emang PLN aja yang suka gitu, kita udah bayar mahal masih aja listrik
dimatiin.” Hehehe saya cuma tersenyum kecut, generasi seperti apa yang akan
lahir dimasa datang kalau pola pendidikannya saja seperti ini. Coba bayangkan,
kalau ada anak yang tanya “kenapa nih mati lampu mulu Bu?” lalu dijawab seperti
tadi, duhh anak itu bahkan tidak mendapat jawaban sama sekali.
Kenapa bisa begini? Tentu karena kurangnya informasi dan edukasi
yang didapat. Inilah harapan saya untuk PLN, semoga PLN bisa lebih komunikatif
terhadap konsumen-konsumennya. Ayo beri penyuluhan ke desa-desa atau sebentar
main ke sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai universitas. Sebarkan info
sebanyak-banyaknya tentang masalah energi ini, lewat media sosial seperti
twitter maupun facebook. Lewat account @pln_123 bisa menjaring minat generasi
muda untuk lebih aware terhadap persoalan ini.
Saya ini orangnya senang berkhayal, kalaupun bisa pengin ya
suatu saat PLN ini punya semacam museum sendiri. Didalamnya dijelaskan proses bagaimana listrik itu akhirnya bisa sampai
kerumah dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, lalu sumber daya apa
yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik, bagaimana perkembangan kelistrikan
nasional dari tahun ke tahun, serta tantangan-tantangan yang dihadapi oleh PLN
dan solusi PLN menghadapi tantangan tersebut. Semua dijelaskan di museum itu
dengan diorama-diorama yang menarik pengunjung. Di museum itu juga disediakan
aula yang bisa digunakan untuk berdiskusi tiap akhir pekan, hehehe. Sehingga pengunjung
mengerti persoalan yang dihadapi PLN, lalu betapa pentingnya listrik untuk
kehidupan, serta harus disiplin dalam pemanfaatannya agar tercipta generasi
hemat listrik dikemudian hari.